|
|
|
|
|
|
|
Administrator |
|
|
|
All efforts to enter into this website are logged.
|
|
|
|
|
|
|
Benarkah mengucapkan kata "Mohon maaf lahir dan batin" saat Idul Fitri?
Mawan A. Nugroho, 10 Sep 2010 09:13:27 WIB
Beberapa orang mempermasalahkan apakah penggunaan kalimat "Mohon maaf lahir dan batin" (ketika idul Fitri) sudah benar, karena di Timur Tengah tidak ada seperti itu. Katanya, yang benar adalah: Selamat hari Idul Fitri, taqobalallahu minna wa minkum, shiyamana wa shiyamakum, ja'alanallaahu minal 'aidin wal faizin. Titik. Tidak ada embel-embel "mohon maaf lahir dan batin". Sebab menurutnya, kata minal 'aidin wal faizin tidak berarti mohon maaf lahir dan batin, melainkan: Semoga Allah menjadikan kita sebagai orang yang kembali kepada fitrah dan mendapat kemenangan.
Saya ingat, beberapa puluh tahun yang lalu, ketika kami sekeluarga pulang mudik ke Yogyakarta, kami melakukan 'ritual' yang unik saat hari Lebaran, yaitu Sungkeman. Kakek atau nenek duduk di kursi, lalu kami satu per satu berjongkok di hadapan mereka, dan memohon maaf menggunakan bahasa Jawa. (Saya tidak tahu apakah tradisi ini masih diterapkan, tapi sepertinya sudah mulai hilang, digantikan dengan salam-salaman saja).
Sehari sebelum lebaran, orangtuaku memasak ketupat dan opor ayam. Lalu kami saling membagi masakan tersebut ke tetangga di sekeliling. Di hari lebaran, saat sholat Ied kami memakai kopiah warna hitam, baju koko, dan sarung. Setelah sholat Ied kami keliling kampung untuk saling meminta maaf. Perut kenyang karena setiap masuk rumah, kami disuguhi kue-kue dan minuman yang enak sekali.
Kini tradisi indah khas Indonesia itu (yang tak ada di negara lain) makin lama makin hilang. Orang mengucapkan permohonan maaf sebelum puasa Ramadhan. Takbir keliling sambil membawa obor sudah jarang ditemui. Berkeliling desa/kompleks untuk saling bermaaf-maafan pun tidak seramai seperti dahulu. Kopiah (peci / songkok) warna hitam dan sarung khas Melayu diganti dengan topi putih dan baju gamis khas Timur Tengah. Bahkan, wayang dan gamelan yang dahulu diciptakan oleh Sunan Kalijaga dan Sunan Bonang untuk berdakwah, kini jarang terlihat. Yang lebih sering kita lihat adalah marawis (budaya Yaman / Timur Tengah).
Kita pernah "meremeh"-kan batik. Batik sering dilarang menggantikan jas dan dasi. Barulah setelah ada kasus klaim batik oleh Malaysia, bak kebakaran jenggot, kita mulai memakai batik ke kantor-kantor, bahkan pertemuan resmi.
Sekarang, apakah kita akan meninggalkan warisan budaya Nusantara yang khas dan unik ini, lalu menggantinya dengan budaya Timur Tengah? Selama tidak bertentangan dengan syariat, mengapa mesti ditinggalkan? Bukankah pohon Natal dan Salju tidak ada di Betlehem, melainkan itu budaya masyarakat Jerman dan Perancis saat merayakan Natal, dan kini justru menjadi ikon agama Kristen?
Jika alasannya karena budaya mengucapkan kalimat "Mohon maaf lahir dan batin" tersebut dianggap bid'ah, bukankah ceramah tarawih, ceramah shubuh, ceramah dzhuhur, ceramah menjelang berbuka puasa, kepanitiaan i'tikaf Ramadhan, pesantren kilat Ramadhan, bahkan undangan berbuka puasa bersama, semua ini bisa dianggap bid'ah? Meminta maaf dan memberi maaf adalah pekerjaan yang sangat dianjurkan. Bisa dilakukan kapan saja. Termasuk di hari idul Fitri.
"Selamat Hari Raya Idul Fitri, 1431H. Mohon maaf lahir dan batin."
Rujukan: http://www.kaskus.us/showthread.php?t=5244105
Share on:
Belum ada komentar untuk artikel ini. Tambah komentar singkat.
Perhatikan! - Komentar anda baru dapat dilihat oleh umum setelah mendapat persetujuan dari Administrator.
- Untuk membendung serbuan spam, satu orang hanya boleh mengirimkan 5 komentar perhari. Jumlah komentar anda hari ini: 0 komentar.
- Nama ibukota negara kita adalah nama kota yang terletak di antara kota Tangerang dan Bekasi, tujuh karakter.
Pay attention please! - Your comment will be visible to the public after the approval of the Administrator.
- To stem the invasion of spams, one person may only submit 5 comments per day. The number of your comments today: 0 comment(s).
- Do not waste your time by trying to send spam. I guarantee your efforts will be futile. Okay... Suppose you could probably pass a CAPTCHA test, but you will not be able to pass a special test of us. Trust me!
|
|
|
|