Administrator

Username:

Password:

All efforts to enter into this website are logged.
Unique Visitors
1674957
sejak 26 Mei 2010.

Atau rata-rata sekitar 316 pengunjung perhari.

IP addr anda:
172.69.58.157
Facebook
Mawan A. Nugroho

Promote Your Page Too
Mawan's Net

MbahDukun.com
SMK Negeri 1 Tng
SMK PGRI 1 Tng
PGRI.org
Tangerang.net
Mawan.net
Mawan.id
Mawan.my.id
Mawan.or.id
Mawan.web.id
SingleWoles.com
Balekota.com

MKom UBL 10

Blog
Mailing List

Peduli Tidak Sama Dengan Memberi Uang Kepada Pengemis

Mawan A. Nugroho, 23 Sep 2010 16:23:17 WIB

Pengemis seolah menjadi bagian lingkungan hidup Indonesia. Di mana ada keramaian, di situ ada pengemis. Tak jarang di antara mereka masih tergolong muda. Macam-macam trik yang mereka gunakan untuk menarik simpati kita. Ada yang menggendong bayi, ada yang menunjukkan cacatnya, bahkan ada yang menggunakan gitar ala kadarnya yang sebenarnya adalah mengemis juga.

Tahukah anda, bahwa pendapatan pengemis seringkali lebih besar daripada buruh pabrik bergaji standar UMR?

Sementara di tempat lain, kita bisa menemukan satu atau dua orang yang sudah tua renta. Mereka bekerja keras untuk mencari uang. Mereka tidak mau mengemis. Mereka masih punya harga diri.

Tahukah anda, bahwa pendapatan mereka dari mencari kayu bakar hanya Rp 5.000 per hari? Cukup apa uang segitu? Tapi mereka tidak pernah mengemis.

Banyak di antara kita kemudian memberikan uang kepada pengemis yang sesungguhnya masih berusia produktif. Alasannya karena kasihan, dan bahkan sambil menyalahkan pemerintah. "Yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin," begitu kata sebagian masyarakat. benarkah?

Tidak juga. Yang kaya memang makin kaya. Itu konsekuensi dari pembangunan. Tapi bukan berarti yang miskin makin miskin. Orang miskin zaman sekarang tentu berbeda dengan orang miskin pada zaman penjajahan dulu. Miskin zaman sekarang mungkin sudah mempunyai baju dan tempat tinggal. Makan juga sudah 3 kali sehari. Berbeda dengan miskin zaman dulu yang tanpa pakaian dan makan sedapatnya.

Kemudian sebagian dari kita memberikan uang kepada pengemis itu, dengan alasan "Siapa lagi yang memperhatikan para dhuafa (orang miskin) kalau bukan kita sendiri?"

Sebenarnya kita secara tidak langsung telah membantu orang miskin, yaitu dari pajak yang telah kita bayarkan. Pajak oleh pemerintah diolah. Sebagian dialokasikan untuk sarana (jalan, jembatan, irigasi, dll). Sebagian ada pula yang dialokasikan untuk para pengemis, misalnya membuat rumah penampungan dan menyelenggarakan pendidikan atau kursus. Jika kita merasa apa yang telah diupayakan pemerintah masih kurang, kita dapat menyalurkan uang receh kita kepada yayasan-yayasan sosial atau badan-badan keagamaan. Biarlah uang kita dikelola oleh para ahlinya. Mungkin sebagian uang yang kita berikan, akan menguap sebagai ongkos operasional. Tapi saya pikir itu masih lebih bagus, daripada kita berikan seluruh uang kita ke pengemis yang belum tentu dikelola dengan baik oleh para pengemis tersebut.

Jadi, mulai sekarang marilah kita berikan uang kita, uang recehan kita, kepada yayasan sosial atau badan keagamaan. Jangan berikan kepada pengemis. Memberikan uang kepada pengemis justru "meracuni" mental mereka. Kita harus memberikan kail, bukan ikan.

Ingat, Peduli tidak sama dengan memberi uang kepada pengemis.

Mempercayakan uang kita untuk dikelola oleh yayasan sosial atau badan keagamaan jauh lebih baik dan bijaksana.

Share on:
Facebook


Komentar-komentar: (Yang sudah disetujui)

yuda pada 27 Agt 2012 20:32:33 WIB menulis:
semoga ada yang melanjutkan program peduli sosial dengan tanpa melawannya dengan aturan larangan memberi uang kepada pengemis.. karena ini masalah HATI.. dan se

Tambah komentar singkat.

Perhatikan!

  1. Komentar anda baru dapat dilihat oleh umum setelah mendapat persetujuan dari Administrator.
  2. Untuk membendung serbuan spam, satu orang hanya boleh mengirimkan 5 komentar perhari. Jumlah komentar anda hari ini: 0 komentar.
  3. Nama ibukota negara kita adalah nama kota yang terletak di antara kota Tangerang dan Bekasi, tujuh karakter.

Pay attention please!

  1. Your comment will be visible to the public after the approval of the Administrator.
  2. To stem the invasion of spams, one person may only submit 5 comments per day. The number of your comments today: 0 comment(s).
  3. Do not waste your time by trying to send spam. I guarantee your efforts will be futile. Okay... Suppose you could probably pass a CAPTCHA test, but you will not be able to pass a special test of us. Trust me!

Nama*:
Email: (akan dirahasiakan)
Komentar*:
Verifikasi*:Ketik dua kata yang meleyot-leyot di bawah ini ke dalam kotak kecil yang sudah disediakan di bawahnya.
  Nama ibukota negara kita*:
  * = Wajib diisi.
© 2010-2024 by Mawan A. Nugroho. All rights reserved.