|
|
|
|
|
|
|
Administrator |
|
|
|
All efforts to enter into this website are logged.
|
|
|
|
|
|
|
Sikap Remaja Menghadapi HIV/AIDS
Mawan A. Nugroho, 07 Okt 2010 20:22:26 WIB
Dewasa ini, orang ramai membicarakan HIV dan AIDS. Namun banyak di antara mereka yang belum mengetahui apakah sebenarnya HIV/AIDS itu sendiri. Sebagai remaja intelek, sudah seharusnya kita mengetahui apakah sebenarnya HIV/AIDS itu? Bagaimana cara mencegahnya serta bagaimana cara memperlakukan seorang penderita HIV/AIDS.
AIDS yang merupakan singkatan dari Accuirred Immune Deficiency Sindrome adalah suatu sindrom "serbuan" penyakit-penyakit terhadap tubuh akibat menurunnya sistem kekebalan. AIDS disebabkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus).
HIV dapat menular dari satu manusia ke manusia lainnya melalui kontak cairan pada alat reproduksi, kontak darah (misalnya transfusi darah, kontak luka, dll.), penggunaan jarum suntik secara bergantian, dan kehamilan. Penularan melalui produk darah secara teori dapat saja terjadi, namun pada kenyataannya prosentasenya sangat kecil.
Setelah seseorang terinfeksi HIV, HIV akan bersembunyi di dalam sel darah putih, terutama sel-sel limfosit T4. Selama terinfeksi, sel limfosit T4 menjadi wahana perkembangbiakan HIV. Fase ini disebut Stadium Inkubasi. Pada fase ini orang tersebut tidak memperlihatkan gejala-gejala walaupun jumlah HIV semakin banyak dan semakin menggerogoti kekebalan tubuhnya. Fase ini berlangsung selama lebih kurang lima sampai sepuluh tahun. Jika dilakukan tes antibodi untuk mengetahui keberadaan HIV, hasilnya akan negatif tapi ia sudah dapat menularkan HIV kepada orang lain.
Fase berikutnya adalah Periode Jendela (Window Period). Pada fase ini jika dilakukan tes antibodi, hasilnya sudah menunjukkan positif. Hal ini berarti di dalam tubuh sudah terdapat zat anti yang dapat melawan HIV. Adanya zat anti ini bukan berarti tubuh dapat melawan infeksi HIV tetapi hal ini menunjukkan bahwa di dalam tubuh terdapat HIV. Fase ini berlangsung selama satu sampai enam bulan. Pada fase ini penderita akan mengalami sindrome retroviral akut berupa demam, pembesaran kelenjar, pembesaran hati atau ginjal, nyeri otot, nyeri tenggorokan, dan sebagainya seperti pada infeksi virus lain.
Selanjutnya penderita akan memasuki masa tanpa gejala (asimptomatik). Masa ini berarti di dalam tubuh terdapat HIV namun penderita tidak menunjukkan gejala apapun. Setelah masa ini penderita akan mengalami pembesaran kelenjar getah bening secara menetap dan merata (Persistent Generalized Lymphadenophaty). Pembengkakan ini tidak hanya terjadi di satu tempat melainkan di beberapa tempat dan berlangsung selama lebih dari satu bulan.
Setelah melewati fase-fase tersebut, penderita akan memasuki fase Full Blown. Pada fase ini virus akan menghancurkan sebagian besar atau keseluruhan sistem immune penderita dan penderita dapat dinyatakan positif mengidap AIDS. Gejala klinis pada orang dewasa ialah jika ditemukan dua dari tiga gejala utama dan satu dari lima gejala minor. Gejala utamanya antara lain demam berkepanjangan, penurunsan berat badan lebih dari 10 % dalam kurun waktu tiga bulan, dan diare kronis selama lebih dari satu bulan secara berulang-ulang maupun terus menerus. Gejala minornya yaitu batuk kronis selama lebih dari satu bulan, munculnya Herpes zoster secara berulang-ulang, infeksi pada mulut dan tenggorokan yang disebabkan oleh Candida albicans, bercak-bercak gatal di seluruh tubuh, serta serta pembengkakan kelenjar getah bening secara menetap di seluruh tubuh.
Akibat rusaknya sistem kekebalan, penderita menjadi mudah terserang penyakit-penyakit yang disebut penyakit oportunitis. Penyakit yang biasa menyerang orang normal seperti flu, diare, gatal-gatal, dll. Bisa menjadi penyakit yang mematikan di tubuh seorang penderita AIDS.
Untuk memastikan seseorang terinfeksi HIV atau tidak, orang tersebut harus melakukan tes darah dengan cara ELISA (Enzym Linked immuno Sorbant Assay) sebanyak dua kali. Bila hasilnya positif, dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan cara Western Blot dan Immunofluoresensi.
Pada kenyataannya, tidaklah mudah mengajak seseorang untuk melakukan tes HIV. Untuk itulah dilakukan Voluntary Counseling and Testing (VCT).
VCT atau Voluntary Conseling and testing adalah kegiatan konseling atau pengarahan yang diberikan oleh seorang konselor kepada seseorang yang akan melakukan tes HIV dan meyakinkannya sebelum ia melakukan tes HIV,atau untuk mengetahui sejauh mana seseorang beresiko tertular HIV. Konseling ini juga dapat diberikan kepada orang yang ingin mengtahui informasi mengenai HIV dan AIDS secara lebih mendalam. Selain itu, konseling ini bertujuan menyiapakan mental orang yang akan melkukan tes HIV apabila hasil tesnya positif. Konseling ini bersifat rahasia dan dilakukan di sebuah ruangan terututp yang di dalamnya hanya terdapat konselor dan kliennya.
VCT tidak hanya dilakukan sebelum tes HIV. Konseling ini juga harus dilakukan setelah tes. Jika hasil tes seseorang positif, konseling ini akan memberikan dukungan moril kepada orang tersebut. Melalui konseling ini, orang tersebut akan mengetahui cara-cara menghindari penularan HIV kepada orang lain. Mereka juga akan dibantu untuk dapat menghadapi dan menjalani kehidupannya secara positif.
Jika hasil tes yang didapatkan negatif, VCT harus tetap dilakukan. Konseling ini akan memberikan pengetahuan tentang bagaimana menghindari penularan HIV, bagaimana memperlakukan seorang penderita HIV, dan bagaimana menanggulangi HIV di masa mendatang.
Dari survey yang dilakukan, jarang sekali ada orang yang mengakui dirinya terinfeksi HIV. Hal ini membuat HIV/AIDS menjadi fenomena gunung es. Sangat memprihatinkan mengetahui bahwa kasus yang muncul di permukaan ternyata hanya sebagian kecil dari keseluruhan kasus yang sebenarnya terjadi. Kendala ini ditambah lagi dengan terbatasnya tenaga konselor, kurangnya pemahaman masyarakat tentang HIV, serta kurangnya lembaga-lembaga penyelenggara VCT dan LSM-LSM peduli HIV/AIDS di lingkungan masyarakat membuat penanganan HIV/AIDS di Indonesia semakin tersendat. Sebagai anak bangsa, apakah yang dapat kita lakukan.
Pemberian VCT hanya boleh dilakukan oleh tenaga yang terdidik dan terlatih tapi bukan berarti remaja tidak dapat turut aktif dalam penanggulangan HIV/AIDS. Sebagai remaja, kita dapat melakukan VCT-VCT lainnya. Misalnya Visual Care Technique atau teknik menjaga pandangan agar terhindar dari perilaku-perilaku seks menyimpang yang dapat membuka peluang masuknya HIV ke dalam tubuh kita. Teknik ini antara lain tidak berpacaran secara berlebihan dan tidak mendekati hal-hal yang berbau pornografi dan pornoaksi.
Selain itu ada Vertical Chain Technique yaitu teknik penghindaran HIV/AIDS dengan cara meningkatkan hubungan vertikal. Maksud hubungan vertikal disini adalah hubungan antara manusia dengan Tuhannya. Teknik ini dapat ditempuh dengan cara meningkatkan keimanan kepada Tuhan, meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah, dan selalu mengingat Tuhan di setiap langkah hidup kita.
Tidak hanya itu, kita juga dapat menggunakan prinsip Valiant, Cautious and Thinking. Valiant atau berani maksudnya kita harus berani mengatakan "tidak" untuk narkoba karena narkoba membuka peluang besar penularan HIV (terutama penggunaan narkoba suntik). Cautious atau berhati-hati maksudnya kita harus berhati-hati dalam bergaul. Jangan sampai mengikuti pergaulan yang menjerumuskan kita kepada narkoba dan seks bebas. Thinking atau berpikir artinya kita harus selalu berpikir jernih sebelum memutuskan untuk melakukan sesuatu. Apalagi jika hal tersebut berkaitan dengan masa depan kita.
Mengapa diperlukan tindakan-tindakan pencegahan seperti itu? Karena sesungguhnya mencegah penularan HIV/AIDS lebih mudah daripada menanggulangi akibat-akibat buruk yang ditimbulkannya, seperti infeksi oportunitis yang telah disebutkan di atas.
Bagaimana jika kita mengetahui ada seseorang di lingkungan kita yang menderita HIV/AIDS? Dalam memperlakukan penderita HIV/AIDS, kita dapat menggunakan VCT (Vast, Chum, and Totalcare). Vast artinya luas. Maksudnya kita harus meluaskan pikiran kita dan pikiran masyarakat tentang apa itu HIV/AIDS serta bagaimana memperlakukan ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS). Chum (teman baik), kita harus bisa menjadi teman baik bagi ODHA dengan cara Totalcare. Artinya kita harus tetap memperlakukannya dengan wajar, sama seperti kita memperlakukan orang lain, kita harus menyayanginya, mendengar semua keluh kesahnya, membantu agar ia dapat menjalani hidupnya secara positif, dan sebisa mungkin mengajaknya untuk melakukan pengobatan. Melalui cara-cara inilah remaja dapat berperan aktif membantu pemerintah dalam memberantas HIV/AIDS, bukan orangnya.
Disalin dari blog milik Endy Sulistiawan.
Share on:
Belum ada komentar untuk artikel ini. Tambah komentar singkat.
Perhatikan! - Komentar anda baru dapat dilihat oleh umum setelah mendapat persetujuan dari Administrator.
- Untuk membendung serbuan spam, satu orang hanya boleh mengirimkan 5 komentar perhari. Jumlah komentar anda hari ini: 0 komentar.
- Nama ibukota negara kita adalah nama kota yang terletak di antara kota Tangerang dan Bekasi, tujuh karakter.
Pay attention please! - Your comment will be visible to the public after the approval of the Administrator.
- To stem the invasion of spams, one person may only submit 5 comments per day. The number of your comments today: 0 comment(s).
- Do not waste your time by trying to send spam. I guarantee your efforts will be futile. Okay... Suppose you could probably pass a CAPTCHA test, but you will not be able to pass a special test of us. Trust me!
|
|
|
|